Tentang Memberi

Kita bisa memilih apapun untuk diberikan, tapi penerima tak bisa memilih apapun saat diberi.
Suka atau tidak, ia akan menerima. 

*ini bentuknya sesuatu (barang,makanan), bukan perasaan.

Aku lupa tepatnya kapan, aku hanya sedang sibuk berbelanja keperluan di sebuah mall di kota ku. Kau tau kan aku baru saja tinggal disebuah rumah kos? ya aku belanja banyak keperluan baru mengisi tempat baruku itu. di sisa menit sebelum pulang, aku melihat sebuah kue, entah kenapa aku mengingat ibu kos ku. Tidak ada hujan dan angin ribut, ku beli saja dengan niat memberikannya kepada ibu kost ku.
Setelah pulang, aku mengetuk pintu rumah ibu kost itu dengan mengucap salam. Tiga kali memberi salam taka da satupun suara menyahut dari dalam. Baik, aku akhirnya memilih kembali ke kosku. Belum saja aku sampai, anak nya, seorang lelaki yang tak mungkin ku sebut namanya, apalagi ku katakan sebut saja mawar, dia membuka pintu belakang dan berkata “kamu tadi yang didepan?” “iya” jawabku sambil berjalan mendekatinya dan memberi kue itu. Awalnya ragu sekali sejak saat membeli, aku tidak tahu keluarga ibu kos ku suka apa, atau apakah kue ini akan disukai atau tidak, tapi apa salahnya memberi?
Selang beberapa hari, aku membuang sampah dari kamarku. Kebetulan tempat sampah ibu kost dan anak kos disini digabung ditempat yang sama(sebelum aku tahu, ternyata buang sendiri lebih baik). Aku sedikit tertegun, kue yang tempo hari ku beri juga ada disana, di tong sampah itu. Aku terperangah sejenak, diam melihat kue itu disana. Lalu aku melenggang kembali ke kamarku dengan berbagai pertanyaan berkecamuk dalam otakku. Tapi mulutku masih bungkam tak mengumpat atau mengeluarkan sepatah katapun. Mungkin aku sedikit syok, ini pertama kali dihidupku, menyaksikan pemberianku dibuang.
Beberapa menit, perasaanku tenang, aku sudah tidak lagi bertanya-tanya dalam benakku. Aku tersenyum, bahkan hampir saja menertawai diriku sendiri. Tapi akhirnya tertawa juga. Ah, kenapa aku kecewa? Bukankan kue itu telah ku beri? Dan sejak berpindah tangan berpindah pula hak ku untuk mengatur apapun terkait itu? Mau dimakan atau dibuang itu hak pemilik bukan? Lagi pula aku tidak tahu mereka suka atau tidak, dan tidak mungkin pula aku memaksakan selera orang kan?
Belajar dari tragedi kue itu, aku jadi belajar satu hal dari memberi. Kita bisa memilih apapun untuk diberikan, tapi penerima tak bisa memilih apapun saat diberi. Entah dia suka atau tidak, alih-alih menolak, penerima akan menerimanya dan mengucap terimakasih sebagai tanda penghormatan. Mulai hari ini dan seterusnya, mari kita menatap dari banyak sudut pandang.lalu, melapangkan hati dan logika menerima banyak hal.
MWD, Apr,2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ini Tentang Ummi

HBI