Minggu pertama 2019

2019, Januari hari ke 7


Hari berlalu dengan cepat. Jangankan untuk memikirkan tentang esok, berpikir tentang mengapa hari terlalu cepat berganti saja aku sudah lelah sekali. rasanya kamarku memiliki jutaan magnet yang membuat aku menempel berjam-jam tanpa lelah. tiduran sambil membaca novel, ah pilihan terbaik dimusim hujan seperti ini. alih-alih menyeduh kopi untuk merasa lebih hangat, selimutku memberikan kehangatan berkali lipat. bagaimana aku tidak betah. kadang aku bahkan bisa membenci tempat ini berkali-kali. bagaimana tidak, waktuku bisa habis karena hanya bermalas-malasan disini atau tidur sepanjag hari libur tanpa kegiatan. Badanku juga terasa pegal terlalu lama terlentang dan meringkuk disini, tapi magnet-magnet ini membuatku tetap terbaring.aku bahkan bisa lelah sekali hanya karena terlalu banyak tidur dan bermimpi. apalagi setelah membaca novel fiksi. mimpiku tentu saja penuh dengan adegan aneh yang ada dalam novel fiksi yang baru kubaca.aku menjadi siapa? oh jangan kau tanyakan tentu saja akulah pemeran utamanya. ah.. aku benci sekali bermimpi, mau indah atau tidak, bagiku mimpi selalu melelahkan. terlebih lagi jika mimpi itu adalah tentang masa yang akan datang, itu lebih melelahkan lagi.

Bagiku, semua sedang melelahkan. jangankan harus berfikir tentang judul tugas akhirku, berfikir besok hari apa, mau melakukan apa, aku baru memikirkannya lagi-lagi aku lelah berkali lipat. Belum lagi ketika bertemu banyak orang aku harus menjawab jutaan pertanyaan-pertanyaan yang sudah basi. jangan kujelaskan disini aku sudah muak. Aku lebih suka rela menjawab apapun tentang kehidupan, tentang sikap dan sifat orang, tentang sekitar kehidupan dan tentang apapun yang lebih ringan dari pada akutansi atau matematika, termasuk tugas akhir kuliah seperti skripsi misalnya. Belum lagi kalau tiba-tiba ada yag nyeletuk menanyakan tentang "dia'. Harus kugambarkan seperti apayah moodku saat itu. aku sampai pusing harus menuliskan dalam jenis emosi atau raut muka seperti apa. Pertanyaan yag sederhana, semisal 'eh kau tau "dia" dimana? celetuk salah satu temannya apabila bertemu denganku. Sesederhana itu, tapi entahlah itu makin membuat ingatanku melambung jauh ke masaitu. Aku katakan saja jauh meskipun baru saja berlalu. aku tidak ingin menganggap dekat agar aku tidak mudah kembali. Bagaimana aku menanggapinya? aku hampir saja terkekeh pelan ditanya seperti itu, aku tersenyum, menggeleng. "Aku tidak tahu". jawabku singkat. Lalu temannya itu berkata lagi, pertanyaannya lebih ingin menyelidik ada apa aku dan "dia" . " Masa kau tidak tahu, bukannya kau selalu tahu dulu?" matanya lebih dulu mencari jawaban lebih jeli. Aku menatapnya tersenyum, ah kak, aku benar-benar tidak tahu. jawabku singkat. Mataku menerawang jauh. Sambil tersenyum getir. " Ah iya, aku dulu selalu tahu kau sedang ada dimana, sebab kita berkabar setiap waktu dan sekarang... " sudahlah aku tidak harus memikirkannya lebih jauh lagi bukan. Tanpa sadar orang dihadapanku memperhatikanku dengan seksama. Aku yang menyadarinya segera berkata tegas " Apa? Kenapa melihatku seperti itu?" orang itu tersenyum lalu tertawa ringan. Kak, jutaan kata telah terangkai dalam pelarianku berusaha melupa milyaran diksi yang telah kurangkai dalam rima dan majas yang berbeda. Dalam tulisanku yang berhamburan dimedia sosialku, didalam chat pribadi kami, atau didalam sapaan dalam hening malam, juga dalam sepi kesendirian, bahkan ada dimanapun dalam setiap perjalanan waktuku. Haruskah padamu ku katakan juga bahwa aku sedang rapuh sekali untuk bahkan sekedar namanya kau sebutkan? Haruskah juga ku jelaskan bagaimana hubungan tanpa ikatan ini begitu runyam? sangat runyam bahkan. haruskah pula kudengarkan gemuruh dalam hatiku yang meruntuhkan segala yang susah payah kubangun. Percayalah posisiku tidak menyenangkan.Apa yang akan menyenagkan dari sengaja melupa segala hal yang dulunya ingin kau peluk dengan sangat erat untuk masa yang akan datang? kau dapat menjelaskannya?." Eh, aku hanya bertanya perihal dia dimana, kalau kau tidak tahu tak usah kau pikirkan sampai melamun begitu" dia tertawa lagi kemudian menatapku dengan tatapan menggodaku. seperti paham aku sedang butuh hiburan. Hal itu membuyarkan lamunanku. Aku menyeka ujung mataku yang basah. Lalu ikut tertawa" ah siapa juga yang lagi mencari jawaban tidak pentig itu" jawabku. aku tersenyum, untunglah curhatan panjang lebarku tadi hanya ada dalam hatiku saja, tidak terdengar. Kalau terdengar bukankah dia akan bertanya lebih banyak lagi, aku terkekeh sendiri. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ini Tentang Ummi

HBI