Selanjutnya

Hai, Selamat Siang....


Ini selasa kedua ditahun ini, 2019. Tentang moodku hari ini baik-baik saja hingga menatap sosok yang begitu kukenal. ini selasa bukan rabu, bukankah kata temannya dia hanya akan ada dihari rabu? mendatangi kampus dan berkumpul disana. Tapi aku tidak salah lihat kali ini. Aku tidak tahu dia melihatku atau tidak, tapi semoga saja tidak. eh bukankah kita memutuskan untuk menjadi biasa saja, melupakan segalanya? kalaupun tatap kita harus beradu, kita tidak perlu tersenyum satu sama lain. Kita hanya perlu mengalih pandang, atau seolah tak saling mengenal sama sekali.

Sebelumnya aku lebih dulu menemukan seorang wanita yang membuat segala keputusan bulat, aku menyapanya. tatapku menemukannya lebih dulu sebelum menemukan  temanku. aku menyapanya hangat. tidak ada yang berubah hubungannya dengan seseorang yang kusebutkan tadi bahkan sudah berlangsung sejak kami masih baik-baik saja. hubungan mereka bukan juga hubungan terikat seperti pacaran atau komitmen sejenisnya. Aku tahu tanpa diberi tahu siapapun. kuberi tahu sedikit tentang rahasiaku, aku bisa mengetahui apapun tentang seseorang jika orang itu dekat denganku, lalu meletakan aku pada hatinya. tempat itu lebih dari cukup untuk membuatku dapat merasakan apapun. termasuk jika hati yang kutempati itu melirik kepada yang lain. lalu apa aku cemburu? aku bukan tipe wanita pencemburu. Bahkan jika orang yang paling kucintai sekalipun mengajakku menikah, aku pasti membebaskan dia untuk lebih dulu mencari wanita lain, terserah pergi kemanapun., jika ternyata pada perjalanan itu dia tidak menemukan apapun selain aku, itu berarti jawaban bahwa dia pantas untuk kucintai lebih dalam. sayanganya aku belum menemukan sama sekali. Entah aku yang terlalu keras dan tidak peka atau memang tidak ada yang benar-benar meluluhkanku. Bualan-bualan yang berhamburan bagiku hanya sampah yang bahkan bakteri enggan mengurainya. Untuk kukoleksipun tidak akan ada harganya. Hampir saja rasanya aku hampir kenyeng hanya dengan mengetahui dia ada ditempat yang sama, dimana aku ingin memenuhi makan siangku.Tapi aku tidak fokus kesana, aku bersikap biasa saja, seperti menatap orang-orang yang ada disekitarku. lagi pula jarak kami sekitar 5 meter, aku kira itu cukup untuk aku lebih fokus pada makananku juga cerita dimeja makanku.


Aku terdiam sejenak tadi, ah kenapa juga kau harus bertemu mereka berdua sekaligus. Mereka sengaja mau makan bersama atau memang dia sedang janji bertemu kawannya lalu tidak sengaja ada disana bersamaan. pertanyaan sahut menyahut dikepalaku, tapi ku jawab sendiri, aku pikir kalau memang mereka datang bersamaan tidak mungki ada di dua meja berbeda bukan? ah, sudahlah tidak penting.

Tatapanku menatap lamat wanita yang duduk disatu meja diseberang mejaku. menatapku tersenyum. aku membalas senyumnya hangat. Aku biasa saja kepadanya, tidak marah sama sekali. siapa pula yang bisa mengendalikan rasa akan kemana dan kepada siapa. Tidak ada yang mengalah, tidak pula ada yang kalah, ataupun menang. Kami sedang berjalan pada poros yang sama, takdir tuhan. Aku tidak menyalahkan siapapun. Atau menyalahkan waktu ataupun situasi. Tidak ada sama sekali yang berhak untuk disalahkan. Aku sudah lebih dulu menjabat takdir dengan sepenuh hatiku, menerima dan menjalankan segalanya  sepenuh hatiku. Menjalankan hidupku lagi. Barangkali tuhan telah menciptakan jalan cerita yang lebih menakjubkan dari ini. Mangkuk mie ayamku mengepul datang menyambut perutku yang lapar, dan itu lebih cukup membuyarkan lamunannku.

MWD

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ini Tentang Ummi

HBI