Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2017

Aku Hanya Terlalu Rindu

Aku hanya terlalu rindu Aksaraku terlalu suka mengungkitmu Mengulik masa lalu, yang mungkin terlalu manis untuk ku hapuskan Kau masih terlalu abadi dalam memori Terlalu dalam untuk hilang Terlalu berharga untuk terlupakan Namun mungkin pula terlalu menyakitkan Aku selalu tersenyum, bahkan tertawa. Setiap kali bernostalgia tentang kita dulu. Tapi aku sering lupa, apa itu bahagia.. sampai kadang aku tertawa hingga meneteskan air mata. Kau terlalu indah, hingga diksiku selalu bermajaskan tentangmu Penaku masih terlalu dahaga akan sosokmu Sampai ia lupa ada yang selalu tercabik dari apa yang tertuliskan Aku terlalu rindu, sampai luka masa lalu rasanya masih sama, Tak ada bedanya meski waktu telah berlalu Aku tak pernah melupakanmu, meskipun setiap kali berjabat pada masalalu tanganku bercucuran darah karenanya Tapi tak apa, sosokmu masih pemeran utama Yang kuingat, kau dulunya pernah menjadi sumber bahagiaku Yah... meskipun itu hanya “dulu”

Apa Lagi yang Lebih Penting

Apa lagi Yang Lebih Penting ? Maaf... Aku memilih berjalan mundur tanpa permisi Aku memilih pergi, ketika aku belum saja menetap Aku memilih berhenti, ketika tujuan belumlah terlihat Maaf... Aku tak bermaksud meningggalkanmu Namun ikatanmu dengannya mengharuskan aku pergi Aku terlalu takut untuk membuatmu nyaman, lalu meninggalkannya Aku tak siap untuk menjadi sejahat itu. Tapi kau perlu tahu... Aku berjalan dengan tenang, meski aku sendiri tak tau kemana arahnya Aku senang melihat kebahagiannmu dengannya. Apa lagi yang lebih penting dari itu ? Bukankah kebahagianmu adalah tujuanku pula ? Jika dengannya saja kau dapat bahagia, apa hak ku merusak itu semua. Bagiku, kebahagianmu adalah hal yang dapat kutebus dengan apapun Termasuk dengan mengikhlaskanmu. “Asal kau bahagia” Dan tentang aku, itu urusanku.

Bilik Sendu

Bilik sendu Pada bait yang tak memiliki pemeran lagi Pada bait yang kehilangan pemerannya Pada aksara yang tak ingin lagi menceritakan kisah Pada diksi yang tak lagi terpilih Aku melepaskan segala hal yang terpaut padamu Tentang hal yang terlalu banyak untuk kusebutkan Izinkanlah aku menyimpannya dalam bilik sendu Yang dapat ku kunjungi ketika aku rapuh Menjadi penyemangatku, karena dulu bahagia pernah tercipta disana Tawaku pernah bergema pada bilik sendu Dalam ruang yang hanya milikku Dalam ruang yang memberiku banyak rasa Bahagia yang jadi sendu Rindu yang jadi sendu Dan sendu yang tetap ada disana Tetaplah jadi memoriku, abadilah agar aku mengenangmu Sebagai motivasi dan pijakan ku untuk langkah yang baru Sebagai deretan kisah yang akan selalu ada Yang menemaniku bergurau pada bilik sendu

Tak Lagi Sama

Tak lagi sama terlalu beda untuk dikatakan masih sama kata “ kita” yang dulunya berharap dapat digunakan, kini hanya hayal kita bertemu, namun tak dalam cerita yang lalu kita bicara, namun tak berkomunikasi sebaik dulu bukan karena aku atau kamu yang berbeda, tapi karena keadaan yang tak lagi sama ada jarak yang tak dapat didekatkan ada cerita yang tak dapat dilanjutkan bukan karena saling membenci, tapi mungkin saling menjaga atau mungkin sama-sama menjaga jika dulunya kita hanya perlu menjaga perasaan masing-masing sekarang, tugas barumu adalah menjaga perasaannya pula kita sama-sama menjaga, aku jaga perasaanku, dan kau... jaga perasaannya. Ini adil kan? Tentang perasaanku, itu urusanku. Dan urusanmu, cukup jaga hati dan perasaannya.

HBI

Dalam balutan kepentingan kita bertemu Dalam suasana perang kita bersua Membangun silaturahmi demi sebuah tujuan “ Tujuan bersama” katanya   Karena   waktu yang terus berlalu Dimana waktu telah menunjuk pemenangnya Dimana kepentingan sudah tidak penting lagi Dalam hati terasa gelisah Karena ada rasa yang tak biasa Entah kenapa dan bagaimana Kau telah ada didalam sana Didalam dimensi hati yang tak biasa Melahirkan sebuah ikatan aneh dan tak biasa Ikatan yang membuat estetika menjadi buta Ikatan yang membuat logika tak berdaya Beruntung masih ada etika Yang menjadi dasar dalam berperasangka Yang menjadi pembatas ketika bersama.